Header

Showing posts with label adopsi. Show all posts
Showing posts with label adopsi. Show all posts

Thursday, May 10, 2012

Training FUN Learning (Nailing Activity)

Pembelajaran yang menyenangkan itu adalah pembelajaran yang dirangkai dengan cara yang tidak biasa oleh guru dan anak didik. Dimana penekanan makna pembelajaran ada pada siswa yang merupakan "pusat" dari kegiatan belajar mengajar (student centre). Untuk itu diperlukan guru yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang menarik, kreatif serta menyenangkan bagi siswa.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, tim AAS merancang metode FUN Learning. Metode FUN Learning adalah suatu metode belajar dimana siswa menjadi pelaku utama dalam proses KBM. Dengan metode ini, kondisi kelas dibuat senyaman mungkin, disertai dengan permainan-permainan edukatif dan stimulus-stimulus dari guru, sehingga informasi yang siswa dapatkan berasal dari pengalaman mereka sendiri. Guru bertugas hanya sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam menemukan, mengembangkan dan merumuskan konsep dari suatu materi pembelajaran. Seperti salah satu ungkapan Mel Sieberman (2001) yang memperluas salah satu pernyataan Confucius berikut ini :

Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai

Metode FUN Learning terdiri dari 3 tahapan utama, yaitu :

Finding :
Pada tahap ini siswa diajak untuk menemukan sendiri konsep dari suatu materi.

Uttering :
Pada tahap ini, siswa mengungkapkan dan mendiskusikan hasil tahapannya dengan guru dan teman sekelasnya. Pada tahap ini, guru berperan penting sebagai penguji hasil temuan siswa dan membenarkan apabila ada konsep siswa yang keliru.

Nailing :
Pada tahap ini, konsep yang sudah ada diaplikasikan dan direfleksikan dengan kondisi real, sehingga siswa jadi semakin paham akan materi tersebut.

Sebagai tindak lanjut dari training FUN Learning tahap 1 dan 2, maka kali ini guru SD St Andreas dibekali dengan training fun learning tahap 3 yaitu tepatnya pada tanggal 20 April 2012. Dalam training ini penekanan materinya adalah pada kegiatan nailing. Kegiatan nailing yang dimaksud adalah kegiatan untuk ‘memakukan atau menancapkan’ hal-hal yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam kaitannya pada rangkaian kegiatan belajar di kelas adalah pada kegiatan refleksi. Diharapkan kegiatan refleksi sebagai cara yang efektif menolong siswa mengontrol proses berpikir dan perasaannya sendiri (Barell, 1985) karena seringkali di sekolah sudah didominasi dan dikontrol oleh orang dewasa. Siswa jarang membuat keputusannya sendiri tentang proses belajar mereka (Goodlad, 1984).

Guru-guru dibekali dengan tujuan dilakukannya refleksi di kelas. Dan tak lupa juga bentuk-bentuk refleksi yang menarik yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Beberapa bentuk refleksi yang disampaikan ke guru-guru adalah:
  • Direct reflection (refleksi lisan)
  • Jurnal reflection (buku refleksi)
  • Group sharing reflection
  • Visual reflection
  • Game reflection
  • Respond ball atau tongkat bicara
  • Spider web
  • Dengar, lihat, dan rasa
  • Finger respond
  • Pantomim
Seperti training AAS sebelumnya, maka di awal training, guru diajak melakukan permainan untuk lebih membangun suasana dan kekerabatan di antara rekan guru. Permainan yang dipilih juga berhubungan dengan tema training kali ini.



Permainan di awal training untuk menyemangati guru. Dalam permainan ini guru diminta menuliskan karakter positif tentang rekannya di punggung rekannya




Setelah itu kegiatan training diisi dengan materi tentang pentingnya "Nailing" activity dalam kegiatan belajar mengajar oleh Ibu Septiari Goloa, M.Pd (Cand). Guru sangat antusias dengan rangkaian kegiatan training. Adanya simulasi tentang contoh-contoh kegiatan "nailing" juga membantu guru dalam mengembangkan ide-ide penerapannya di kelas




Guru antusias mendengarkan penjelasan tentang "Nailing" activity dari Ibu Septiari Goloa, M.Pd (Cand)






Salah satu bentuk "Nailing" activity, yaitu dengan spider web






Kegiatan "Nailing" atau seringkali disebut kegiatan refleksi adalah kegiatan yang sering terlupakan padahal punya andil yang penting dalam memfiksasikan konsep yang sudah siswa temukan dan sampaikan di 2 tahapan sebelumnya (finding dan uttering). Kegiatan refleksi hendaknya berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mengeksplorasi siswa untuk bercerita atau menyampaikan apa yang ia rasakan / pikirkan tentang materi tersebut.


Apabila dilakukan secara terus-menerus dan dengan cara yang sama, maka kegiatan ini dapat menimbulkan efek bosan. Karena itu, guru dituntut untuk berkreasi dalam menciptakan kegiatan-kegiatan refleksi yang sesuai dengan materi, dan dengan tingkatan kelas siswa. 


Siswa kelas kecil (1-3 SD), cenderung belum mampu merefleksikan kegiatannya dalam bentuk tulisan, sehingga "visual reflection" menjadi pilihan yang tepat, dimana siswa dengan bebas menyampaikan pikiran dan idenya dalam bentuk gambar. Agar lebih menarik, visual reflection bisa dilakukan dengan menggunakan spidol warna/i, kertas warna/i, stiker, dll. Hal ini juga turut menstimulus siswa menjadi siswa yang kreatif. 


Sedangkan untuk siswa yang cenderung "talk-active", guru bisa memilih kegiatan tongkat bicara / respond ball atau dengan pantomim. Hal ini juga bisa membantu guru dalam kegiatan pengelolaan kelas.


Di akhir training, guru-guru diajak untuk merefleksikan hal-hal apa saja yang sudah mereka dapatkan pada training kali ini. Untuk "Nailing" activity ini digunakan games reflection dengan memainkan "treasure hunt". Dalam permainan ini guru-guru diberikan kertas-kertas dan diminta untuk mencari kata-kata yang mendeskripsikan tentang "Nailing" activity. Ternyata guru-guru sangat menikmati kegiatan ini. Apabila guru saja mengamati, maka para siswa pasti juga akan menikmati "Nailing" activity ini. Dan tidak akan menjadi hal yang sulit untuk mempraktekkannya dalam kegiatan belajar mengajar




"Tetapi bangunan yang dibangun oleh guru akan bertahan sepanjang abad
karena bangunan yang indah dan tak tampak itu adalah jiwa yang kekal dari seorang anak - Anonim"

Thursday, April 26, 2012

Training "Membangun Karakter Ketertiban"

Pendidikan Karakter adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja, berencana, terarah dan berkesinanmbungan, tahap demi tahap sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan dan kemampuan anak untuk menanam dan mengembangkan nilai-nilai dasar kehidupan universal agar anak mempunyai pegangan untuk menjadi pribadi yang tangguh di masa yang akan datang.

Pentingnya program pendidikan karakter juga telah dirasakan oleh praktisi-praktisi pendidikan di Indonesia. Para pakar pendidikan lebih awal memberi peringatan perlunya pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Peringatan tersebut disampaikan atas dasar kegalauan melihat realitas kehidupan yang terindikasi terjadinya degradasi moral. Merosotnya mental kolektif masyarakat berpengaruh terhadap jatuhnya wibawa sebagai bangsa di mata bangsa-bangsa lain.

Mengingat banyaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam karakter dan moral masyarakat di negara ini, maka pendidikan karakter memegang kendali penting untuk mengembalikan karakter dan moral masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Dengan adanya pendidikan karakter pada siswa-siswa sejak dari dini, diharapkan generasi penerus bangsa ini akan memiliki karakter-karakter yang positif yang pada akhirnya akan membangun negara Indonesia menjadi lebih baik lagi.


Mengingat pentingnya kebutuhan akan pendidikan karakter, terutama di sekolah negeri dimana latar belakang siswanya lebih beragam, maka sejak awal januari 2012 tim AAS bekerjasama dengan Kepala Sekolah dan guru-guru SDN 03 Rawasari bersepakat untuk memberikan program pendidikan karakter untuk siswa-siswa SDN 03 Rawasari. Adapun karakter yang diberikan untuk periode awal ini adalah karakter Ketertiban, yang dianggap merupakan landasan awal untuk siswa agar dapat hidup tertib, rapi dan sesuai dengan aturan yang berlaku. 


Ketertiban dapat diartikan sebagai 1. suatu kebiasaan  mengatur segala sesuatu secara rapi; 2. Kecenderungan melakukan segala sesuatu secara berurutan; 3. Kemampuan menyusun benda - benda secara harmonis; 4. Ketaatan terhadap hukum, peraturan atau disiplin. Berdasarkan pengertian tersebut maka Karakter Ketertiban untuk SDN 03 Rawasari dibagi dalam 3 tahapan besar yaitu :
1. Saya suka menjaga kebersihan dan kerapian diri dan lingkungan
2. Saya suka memakai barang sesuai kegunaannya
3. Saya suka mengembalikan barang ke tempatnya dengan rapi



Tepatnya pada tanggal 17-18 April 2012, diadakan Training "Membangun Karakter Ketertiban" bertempat di SDN 03 Rawasari. Training yang dihadiri oleh kepsek dan guru-guru SDN 03 Rawasari ini merupakan langkah awal dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. Dalam training ini, guru-guru dibekali akan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan karakter dan pentingnya ketertiban dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman akan hal tersebut, guru diharapkan dapat lebih terbeban dan antusias dalam mengimplementasikannya di kelas masing-masing. 

Agar lebih bersemangat dan antusias, guru-guru diajak bermain games interaktif terlebih dahulu. Dalam games ini, guru dituntut untuk konsentrasi memperagakan kata-kata yang disebutkan oleh tim training AAS

Guru mendengarkan dengan serius penjelasan yang diberikan trainer. Terjadi sharing interaktif antara guru dan tim AAS membahas karakter ketertiban dan implementasinya

Berdasarkan artikel serupa dari Jubilee School, cara terbaik dalam menanamkan pendidikan karakter adalah melalui penanaman pembiasaan yang dilakukan terus menerus dan berulang-ulang dalam lingkungan yang positif dan aman, sehingga anak mempunyai kebiasaan yang positif yang akan membentuk karakter yang baik dari anak. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Selain itu kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah juga dapat merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter. Oleh karena itu, program "Membangun Karakter Ketertiban" di SDN 03 Rawasari juga dilakukan dengan mengintegrasikannya dengan materi pembelajaran, dengan menggunakan beberapa metode pendekatan. Metode pendekatanannya antara lain melalui Puisi dan Lagu Ketertiban, Story Telling, Silent Reading, Games, dan SBK.

Berikut beberapa metode pendekatan yang tim AAS bagikan pada guru pada saat training :


Silent Reading
Dalam metode ini, guru diminta untuk membaca sebuah cerita, lalu mengambil inti sari dari cerita tersebut dan mengkaitkannya dengan karakter ketertiban. Agar lebih menarik, disediakan lembar refleksi berupa piramida buku untuk guru isi. Kegiatan ini dapat diintegrasikan dengan pelajaran Bahasa, Agama, PKN, dll




S B K
Dalam metode ini, guru membuat hiasan dekorasi kelas bertema tanggal ulang tahun. Kegiatan ini juga dikaitkan dengan ketertiban dalam kelas, bahkan dengan melakukan sesuatu sesuai susunan/urutan tertentu, akan memudahkan suatu pekerjaan (siswa bisa lebih mudah menghafal hari ulang tahun temannya)




Games "Body Beautiful"
Dalam permainan ini, guru diminta membuat gambar diri lalu menuliskan hal-hal yang bisa dilakukan oleh anggota tubuhnya. Hal ini dikaitkan dengan tahapan "saya suka menggunakan benda sesuai kegunaannya", bahwa akan lebih menguntungkan bila kita dapat menggunakan anggota tubuh kita sesuai fungsi, contoh : tangan untuk menulis, bukan memukul teman


Selanjutnya sebagai project follow up dari training ini, guru diminta untuk mengimplementasikannya di dalam kelas. Diharapkan setelah program ini berlangsung, terdapat perubahan positif pada karakter siswa-siswa SDN 03 Rawasari, terutama dalam karakter ketertiban. Nah sebelum berpisah, guru-guru SDN 03 Rawasari dan tim AAS berfoto bersama. Say cheesee....



Wednesday, April 25, 2012

SDN 03 Rawasari (Periode Jan-Maret 2012)

Program yang sudah berjalan :

No
Program
Peserta
1
Training “Membangun Karakter Ketertiban”
Kepsek dan Guru SDN 03 Rawasari
2
Sosialisasi Karakter Ketertiban Pada Siswa Kelas 1-6
Siswa dan Walikelas 1-6 SDN 03 Rawasari
3
Implementasi Program “Membangun Karakter Ketertiban” di Kelas 1-6
Guru-guru SDN 03 Rawasari
4
Teacher’s Meeting
Kepsek dan Guru SDN 03 Rawasari

Untuk periode kali ini, terdapat perubahan program untuk SDN 03 Rawasari, mengingat kebutuhan dari sekolah tersebut. Maka mulai Januari 2012, SDN 03 Rawasari mengikuti program "Membangun Karakter" . Karakter yang akan disosialisasikan pada siswa untuk periode Januari - Maret 2012 adalah Karakter Ketertiban. Program ini dilaksanakan untuk membantu guru dan siswanya dalam mengembangkan karakter untuk pengembangan diri baik di sekolah maupun di rumah. Diharapkan melalui program ini, akan terbentuk siswa-siswa yang tidak hanya baik secara akademis tapi juga mempunyai karakter yang baik

Di awal periode, guru-guru terlebih dahulu diberikan training mengenai pentingnya belajar karakter dan cara-cara pengimplementasiannya di kelas. Guru cukup antusias dengan program yang baru ini, namun masih agak kebingungan dalam pengimplementasiannya. Oleh karena itu, diadakan sosialisasi kepada siswa kelas 1-6 terlebih dahulu oleh tim AAS. Kegiatan dari sosialisasi ini berupa pengenalan siswa akan lagu dan puisi karakter ketertiban, story telling, silent reading, dan games dan SBK yang semuanya dikaitkan dengan karakter ketertiban. Berikut beberapa dokumentasi dari kegiatan sosialisasi siswa :





Siswa antusias memperagakan Lagu Ketertiban dengan gerakan-gerakan untuk memudahkan siswa makna dari karakter ketertiban





Siswa bersemangat memperagakan Puisi Ketertiban. "Bereskan barang berserak, rapi bersih ku simpan..... "
Selanjutnya, untuk memfollow up training dan sosialisasi dari tim AAS, guru-guru mengimplikasikan kegiatan-kegiatan tersebut dalam kegiatan belajar mengajar. Agar lebih menarik, ada lembar-lembar refleksi yang tim AAS sediakan dalam bentuk yang beragam dan berwarna-warni. Jadi setelah melakukan kegiatan, siswa bisa lebih lagi memahami pentingnya karakter ketertiban melalui kegiatan refleksi ini. Berikut beberapa dokumentasi kegiatan implementasi program pembangunan karakter di kelas:





Guru dan siswa bersama-sama mengerjakan SBK karakter ketertiban











Kegiatan silent reading. Dalam kegiatan ini siswa diberikan waktu untuk membaca sebuah buku/cerita berdasarkan karakter ketertiban. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi lembar refleksi yang berupa ulat bulu buku






Ulat bulu buku dan hasil karya siswa. Semakin panjang ulatnya, semakin banyak buku yang sudah dibaca siswa-siswa SDN 03 Rawasari. Bravo..!!






Seperti halnya program-program sebelumnya, maka diakhir periode diadakan Teacher's meeting, dimana para guru dapat saling sharing tentang kegiatan-kegiatan yang telah mereka lakukan, berikut dengan pencapaian dan kendala dalam pelaksanaan program tersebut di kelas. Dalam pertemuan ini juga, kepala sekolah, guru-guru dan tim AAS saling mengevaluasi dan mencari solusi untuk menyelesaikan kendala-kendala yang menjadi rintangan dalam pelaksanaan program ini, sehingga program membangun karakter yang berikutnya bisa lebih optimal lagi. Tetap bersemangat guru-guru SDN 03 Rawasari...

"Mengetahui saja tidak cukup, kita harus menerapkan. Kemauan saja tidak cukup, kita harus melakukan" 
(Johann Wolfgang Von Goethe)

Tuesday, April 24, 2012

SD St.Andreas (Periode Jan - April 2012)

Di tahun 2011 ini, SD St. Andreas kembali bergabung dalam program Adopt a School. Namun terdapat perbedaan dalam hal program yang akan diterapkan di sekolah ini. Setelah memetakan kebutuhan dari pihak sekolah dan yayasan, maka program yang akan diimplementasikan di sekolah ini adalah program FUN (Finding, Uttering, Nailing), yang dibagi dalam beberapa tahapan. Untuk periode Januari - April 2012 program yang sudah berjalan adalah 
No
Program
Peserta
1
Training guru FUN learning tahap 1
Kepsek dan Guru SD St Andreas
2
Implementasi FUN learning tahap 1
Kepsek dan Guru SD St Andreas
3
Training siswa “Berani Berpendapat”
Siswa kelas 1-5
4
Teacher’s meeting
Kepsek dan Guru SD St Andreas



Tahapan awal dalam masa pengadopsian sekolah adalah pelaksanaan training untuk membekali hal baru yang akan digunakan guru saat mengajar di kelas. Program yang dijalankan dalam satu semester pertama di SD St Andreas adalah FUN Learning (Finding, Uttering, Nailing). Program ini dilaksanakan dalam 3 tahapan training dan implementasi di kelas.

Training pertama dilaksanakan khusus untuk memperlengkapi guru melaksanakan "Finding Activity" di kelas, dimana inti utama aktivitas ini adalah guru mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri makna dan inti pelajaran yang akan disampaikan.





Games di awal kegiatan training untuk mencairkan suasana, sehingga guru-guru lebih siap mengikuti kegiatan










Permainan kognitif, guru memecahkan masalah melalui permainan korek api








Suasana interaktif antara guru dengan Ibu Septiari Goloa, M.Pd (Cand) tentang materi training





Sebagai follow up dari training yang telah diberikan oleh tim AAS, maka guru mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Guru bebas bereksplorasi dengan idenya sendiri dan tim AAS juga menyediakan waktu konsultasi bagi guru-guru yang masih kesulitan atau mengalami kendala dalam pengaplikasiannya di kelas. Berikut adalah dokumentasi dari beberapa implementasi training FUN Learning tahap 1 di kelas :



Siswa melakukan percobaan dalam pelajaran IPA dan menemukan "Sifat-sifat cahaya" melaluinya (Finding Act kelas 5)







Guru menggunakan alat peraga untuk menjelaskan materi tentang pecahan, sehingga memudahkan siswa dalam menemukan makna "Pecahan" (Finding Act kelas 4)






Dengan metode klasifikasi, siswa dibimbing untuk menemukan contoh dari "Hak dan Kewajiban" (Finding Act kelas 1)






Siswa melakukan eksperimen untuk menemukan bangun datar yang terbentuk dari "Titik Koordinat" (Finding Act kelas 6)







Dengan metode eksperimen, siswa menemukan dan dapat lebih memahami konsep "Energi" (Finding Act kelas 3)




Kemudian untuk mengetahui keberhasilan serta kendala-kendala yang dialami oleh guru-guru dalam melaksanakan Finding Learning, dilaksanakan teacher’s meeting. Dalam teacher meeting tersebut disampaikan hal-hal yang menjadi highlight dan lowlight active learning. Sekitar 60% guru sudah mampu melaksanakan Finding Activity dengan baik. Guru-guru terbuka dengan masukan yang diberikan oleh tim konsultan Master’s Hand. Namun kendala yang dialami guru masih perlu mengembangkan kemampuan dalam class management. 


Training tahap pertama dilanjut dengan tahap yang kedua yaitu khusus tentang "Uttering Activity". Di dalam training ini, guru dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, dimana siswa dapat mengemukakan pendapat atas hal yang telah ia ditemukan pada tahapan sebelumnya (finding activity). Berikut ini  beberapa dokumentasi pelaksanaan training:








Guru-guru pemenang games di awal training. Say cheeseeee...









Guru mendengarkan materi yang diberikan oleh Ibu Septiari Goloa, M.Pd (Cand.) dengan serius






Suasana Diskusi Training FUN Learning tahap 2 (Uttering Activity)





Tidak hanya guru yang diperlengkapi dalam program FUN learning. Tim AAS juga memperlengkapi siswa dengan training "Berani Berpendapat" untuk menunjang pelaksanaan FUN learning dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa dilatih agar lebih berani dalam mengemukakan pendapat. Selain itu, dalam pelatihan ini siswa juga diberikan ilmu baru tentang tujuan dan cara berpendapat yang baik. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pelatihan ini. Berikut ini beberapa dokumentasi saat pelaksanaan pelatihan untuk siswa :

Training Siswa "Berani Berpendapat" a) Siswa kelas 2 antusias mendengarkan penyampaian materi; b) Siswa kelas 4 mengemukakan pendapatnya saat simulasi training; c) Moment foto bersama Tim Training dengan siswa kelas 5A dan 5B; d) Penyampaian Materi di kelas 3; e) Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari trainer; dan f) Simulasi awal "Saya Tahu, Sadar, Siap" untuk membuat siswa bersemangat mengikuti training.

Untuk menindak lanjuti training yang sudah dilaksanakan, guru diminta untuk mengimplementasikan apa yang sudah mereka dapatkan dalam pelatihan di dalam kelas. Diharapkan dengan adanya program ini, guru dapat mencipatakan kegiatan belajar yang menarik dan kreatif, dengan menerapkan metode yang beragam sehingga siswa tidak bosan dan bersemangat untuk belajar. Berikut ini beberapa dokumentasi saat pelaksanaan fun learning tahap 2 di kelas.






Pada pelajaran IPA, Siswa kelas 1 mempresentasikan benda-benda yang terdapat di dalam sebuah ruangan. Ternyata siswa kelas 1 sudah berani tampil di depan kelas loh..










Siswa kelas IV terlihat antusias mengamati demonstrasi IPA dengan tema "Benda-Benda Langit"














Pada pelajaran Bahasa Inggris dengan materi "Procedure Text", siswa kelas 5 ditugaskan untuk mendemonstrasi suatu kegiatan dengan tema "Cooking"









Guru juga mengeksplorasi pengetahuan yang sudah siswa dapatkan dalam training pada kegiatan pembelajaran di kelas. Dan siswa-siswa St.Andreas terbukti sudah dapat dan sudah berani mengemukakan pendapatnya dengan baik dan benar.

Pada pelajaran Agama, guru mengajak siswa untuk melakukan debat dengan tema "Doa". Siswa aktif dan antusias mengemukakan pendapatnya mengenai tema tersebut
Setelah implementasi program dilaksanakan di kelas, maka hal-hal perkembangan (kesuksesan dan kendala) yang dihadapi saat implementasi akan dibahas dalam “Teacher’s Meeting”. Dalam meeting ini juga akan dibahas secara bersama-sama solusi yang dapat dilakukan saat guru mengalami kendala dalam pelaksanaan program. Dengan demikian berakhirlah 2 tahapan awal dalam kegiatan FUN Learning. Guru-guru yang bersemangat, bersiaplah untuk training yang ketiga. Mari kita sama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa melalui generasi-generasi masa depan