Header

Showing posts with label pendidikan. Show all posts
Showing posts with label pendidikan. Show all posts

Thursday, May 10, 2012

Training FUN Learning (Nailing Activity)

Pembelajaran yang menyenangkan itu adalah pembelajaran yang dirangkai dengan cara yang tidak biasa oleh guru dan anak didik. Dimana penekanan makna pembelajaran ada pada siswa yang merupakan "pusat" dari kegiatan belajar mengajar (student centre). Untuk itu diperlukan guru yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang menarik, kreatif serta menyenangkan bagi siswa.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, tim AAS merancang metode FUN Learning. Metode FUN Learning adalah suatu metode belajar dimana siswa menjadi pelaku utama dalam proses KBM. Dengan metode ini, kondisi kelas dibuat senyaman mungkin, disertai dengan permainan-permainan edukatif dan stimulus-stimulus dari guru, sehingga informasi yang siswa dapatkan berasal dari pengalaman mereka sendiri. Guru bertugas hanya sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam menemukan, mengembangkan dan merumuskan konsep dari suatu materi pembelajaran. Seperti salah satu ungkapan Mel Sieberman (2001) yang memperluas salah satu pernyataan Confucius berikut ini :

Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai

Metode FUN Learning terdiri dari 3 tahapan utama, yaitu :

Finding :
Pada tahap ini siswa diajak untuk menemukan sendiri konsep dari suatu materi.

Uttering :
Pada tahap ini, siswa mengungkapkan dan mendiskusikan hasil tahapannya dengan guru dan teman sekelasnya. Pada tahap ini, guru berperan penting sebagai penguji hasil temuan siswa dan membenarkan apabila ada konsep siswa yang keliru.

Nailing :
Pada tahap ini, konsep yang sudah ada diaplikasikan dan direfleksikan dengan kondisi real, sehingga siswa jadi semakin paham akan materi tersebut.

Sebagai tindak lanjut dari training FUN Learning tahap 1 dan 2, maka kali ini guru SD St Andreas dibekali dengan training fun learning tahap 3 yaitu tepatnya pada tanggal 20 April 2012. Dalam training ini penekanan materinya adalah pada kegiatan nailing. Kegiatan nailing yang dimaksud adalah kegiatan untuk ‘memakukan atau menancapkan’ hal-hal yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam kaitannya pada rangkaian kegiatan belajar di kelas adalah pada kegiatan refleksi. Diharapkan kegiatan refleksi sebagai cara yang efektif menolong siswa mengontrol proses berpikir dan perasaannya sendiri (Barell, 1985) karena seringkali di sekolah sudah didominasi dan dikontrol oleh orang dewasa. Siswa jarang membuat keputusannya sendiri tentang proses belajar mereka (Goodlad, 1984).

Guru-guru dibekali dengan tujuan dilakukannya refleksi di kelas. Dan tak lupa juga bentuk-bentuk refleksi yang menarik yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Beberapa bentuk refleksi yang disampaikan ke guru-guru adalah:
  • Direct reflection (refleksi lisan)
  • Jurnal reflection (buku refleksi)
  • Group sharing reflection
  • Visual reflection
  • Game reflection
  • Respond ball atau tongkat bicara
  • Spider web
  • Dengar, lihat, dan rasa
  • Finger respond
  • Pantomim
Seperti training AAS sebelumnya, maka di awal training, guru diajak melakukan permainan untuk lebih membangun suasana dan kekerabatan di antara rekan guru. Permainan yang dipilih juga berhubungan dengan tema training kali ini.



Permainan di awal training untuk menyemangati guru. Dalam permainan ini guru diminta menuliskan karakter positif tentang rekannya di punggung rekannya




Setelah itu kegiatan training diisi dengan materi tentang pentingnya "Nailing" activity dalam kegiatan belajar mengajar oleh Ibu Septiari Goloa, M.Pd (Cand). Guru sangat antusias dengan rangkaian kegiatan training. Adanya simulasi tentang contoh-contoh kegiatan "nailing" juga membantu guru dalam mengembangkan ide-ide penerapannya di kelas




Guru antusias mendengarkan penjelasan tentang "Nailing" activity dari Ibu Septiari Goloa, M.Pd (Cand)






Salah satu bentuk "Nailing" activity, yaitu dengan spider web






Kegiatan "Nailing" atau seringkali disebut kegiatan refleksi adalah kegiatan yang sering terlupakan padahal punya andil yang penting dalam memfiksasikan konsep yang sudah siswa temukan dan sampaikan di 2 tahapan sebelumnya (finding dan uttering). Kegiatan refleksi hendaknya berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mengeksplorasi siswa untuk bercerita atau menyampaikan apa yang ia rasakan / pikirkan tentang materi tersebut.


Apabila dilakukan secara terus-menerus dan dengan cara yang sama, maka kegiatan ini dapat menimbulkan efek bosan. Karena itu, guru dituntut untuk berkreasi dalam menciptakan kegiatan-kegiatan refleksi yang sesuai dengan materi, dan dengan tingkatan kelas siswa. 


Siswa kelas kecil (1-3 SD), cenderung belum mampu merefleksikan kegiatannya dalam bentuk tulisan, sehingga "visual reflection" menjadi pilihan yang tepat, dimana siswa dengan bebas menyampaikan pikiran dan idenya dalam bentuk gambar. Agar lebih menarik, visual reflection bisa dilakukan dengan menggunakan spidol warna/i, kertas warna/i, stiker, dll. Hal ini juga turut menstimulus siswa menjadi siswa yang kreatif. 


Sedangkan untuk siswa yang cenderung "talk-active", guru bisa memilih kegiatan tongkat bicara / respond ball atau dengan pantomim. Hal ini juga bisa membantu guru dalam kegiatan pengelolaan kelas.


Di akhir training, guru-guru diajak untuk merefleksikan hal-hal apa saja yang sudah mereka dapatkan pada training kali ini. Untuk "Nailing" activity ini digunakan games reflection dengan memainkan "treasure hunt". Dalam permainan ini guru-guru diberikan kertas-kertas dan diminta untuk mencari kata-kata yang mendeskripsikan tentang "Nailing" activity. Ternyata guru-guru sangat menikmati kegiatan ini. Apabila guru saja mengamati, maka para siswa pasti juga akan menikmati "Nailing" activity ini. Dan tidak akan menjadi hal yang sulit untuk mempraktekkannya dalam kegiatan belajar mengajar




"Tetapi bangunan yang dibangun oleh guru akan bertahan sepanjang abad
karena bangunan yang indah dan tak tampak itu adalah jiwa yang kekal dari seorang anak - Anonim"

Thursday, April 26, 2012

Training "Membangun Karakter Ketertiban"

Pendidikan Karakter adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja, berencana, terarah dan berkesinanmbungan, tahap demi tahap sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan dan kemampuan anak untuk menanam dan mengembangkan nilai-nilai dasar kehidupan universal agar anak mempunyai pegangan untuk menjadi pribadi yang tangguh di masa yang akan datang.

Pentingnya program pendidikan karakter juga telah dirasakan oleh praktisi-praktisi pendidikan di Indonesia. Para pakar pendidikan lebih awal memberi peringatan perlunya pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Peringatan tersebut disampaikan atas dasar kegalauan melihat realitas kehidupan yang terindikasi terjadinya degradasi moral. Merosotnya mental kolektif masyarakat berpengaruh terhadap jatuhnya wibawa sebagai bangsa di mata bangsa-bangsa lain.

Mengingat banyaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam karakter dan moral masyarakat di negara ini, maka pendidikan karakter memegang kendali penting untuk mengembalikan karakter dan moral masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Dengan adanya pendidikan karakter pada siswa-siswa sejak dari dini, diharapkan generasi penerus bangsa ini akan memiliki karakter-karakter yang positif yang pada akhirnya akan membangun negara Indonesia menjadi lebih baik lagi.


Mengingat pentingnya kebutuhan akan pendidikan karakter, terutama di sekolah negeri dimana latar belakang siswanya lebih beragam, maka sejak awal januari 2012 tim AAS bekerjasama dengan Kepala Sekolah dan guru-guru SDN 03 Rawasari bersepakat untuk memberikan program pendidikan karakter untuk siswa-siswa SDN 03 Rawasari. Adapun karakter yang diberikan untuk periode awal ini adalah karakter Ketertiban, yang dianggap merupakan landasan awal untuk siswa agar dapat hidup tertib, rapi dan sesuai dengan aturan yang berlaku. 


Ketertiban dapat diartikan sebagai 1. suatu kebiasaan  mengatur segala sesuatu secara rapi; 2. Kecenderungan melakukan segala sesuatu secara berurutan; 3. Kemampuan menyusun benda - benda secara harmonis; 4. Ketaatan terhadap hukum, peraturan atau disiplin. Berdasarkan pengertian tersebut maka Karakter Ketertiban untuk SDN 03 Rawasari dibagi dalam 3 tahapan besar yaitu :
1. Saya suka menjaga kebersihan dan kerapian diri dan lingkungan
2. Saya suka memakai barang sesuai kegunaannya
3. Saya suka mengembalikan barang ke tempatnya dengan rapi



Tepatnya pada tanggal 17-18 April 2012, diadakan Training "Membangun Karakter Ketertiban" bertempat di SDN 03 Rawasari. Training yang dihadiri oleh kepsek dan guru-guru SDN 03 Rawasari ini merupakan langkah awal dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. Dalam training ini, guru-guru dibekali akan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan karakter dan pentingnya ketertiban dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman akan hal tersebut, guru diharapkan dapat lebih terbeban dan antusias dalam mengimplementasikannya di kelas masing-masing. 

Agar lebih bersemangat dan antusias, guru-guru diajak bermain games interaktif terlebih dahulu. Dalam games ini, guru dituntut untuk konsentrasi memperagakan kata-kata yang disebutkan oleh tim training AAS

Guru mendengarkan dengan serius penjelasan yang diberikan trainer. Terjadi sharing interaktif antara guru dan tim AAS membahas karakter ketertiban dan implementasinya

Berdasarkan artikel serupa dari Jubilee School, cara terbaik dalam menanamkan pendidikan karakter adalah melalui penanaman pembiasaan yang dilakukan terus menerus dan berulang-ulang dalam lingkungan yang positif dan aman, sehingga anak mempunyai kebiasaan yang positif yang akan membentuk karakter yang baik dari anak. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Selain itu kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah juga dapat merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter. Oleh karena itu, program "Membangun Karakter Ketertiban" di SDN 03 Rawasari juga dilakukan dengan mengintegrasikannya dengan materi pembelajaran, dengan menggunakan beberapa metode pendekatan. Metode pendekatanannya antara lain melalui Puisi dan Lagu Ketertiban, Story Telling, Silent Reading, Games, dan SBK.

Berikut beberapa metode pendekatan yang tim AAS bagikan pada guru pada saat training :


Silent Reading
Dalam metode ini, guru diminta untuk membaca sebuah cerita, lalu mengambil inti sari dari cerita tersebut dan mengkaitkannya dengan karakter ketertiban. Agar lebih menarik, disediakan lembar refleksi berupa piramida buku untuk guru isi. Kegiatan ini dapat diintegrasikan dengan pelajaran Bahasa, Agama, PKN, dll




S B K
Dalam metode ini, guru membuat hiasan dekorasi kelas bertema tanggal ulang tahun. Kegiatan ini juga dikaitkan dengan ketertiban dalam kelas, bahkan dengan melakukan sesuatu sesuai susunan/urutan tertentu, akan memudahkan suatu pekerjaan (siswa bisa lebih mudah menghafal hari ulang tahun temannya)




Games "Body Beautiful"
Dalam permainan ini, guru diminta membuat gambar diri lalu menuliskan hal-hal yang bisa dilakukan oleh anggota tubuhnya. Hal ini dikaitkan dengan tahapan "saya suka menggunakan benda sesuai kegunaannya", bahwa akan lebih menguntungkan bila kita dapat menggunakan anggota tubuh kita sesuai fungsi, contoh : tangan untuk menulis, bukan memukul teman


Selanjutnya sebagai project follow up dari training ini, guru diminta untuk mengimplementasikannya di dalam kelas. Diharapkan setelah program ini berlangsung, terdapat perubahan positif pada karakter siswa-siswa SDN 03 Rawasari, terutama dalam karakter ketertiban. Nah sebelum berpisah, guru-guru SDN 03 Rawasari dan tim AAS berfoto bersama. Say cheesee....



Monday, August 1, 2011

SEKOLAH-SEKOLAH ADOPSI (update)

Tidak terasa, Adopt a School (AAS) sudah memasuki periode baru dalam pengadopsian sekolah. Ada sekolah-sekolah yang sekarang sudah "lulus" dari program AAS. Besar harapan dari kami, segenap tim AAS, agar kerjasama yang baik tetap dapat terjalin untuk ke depannya dan kiranya pengetahuan-pengetahuan baru yang guru dapatkan, bisa tetap diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar walaupun tanpa kehadiran tim AAS di kelas.

Untuk periode baru ini, AAS masih mengadopsi 2 sekolah (yang sekarang sudah memasuki periode akhir) yaitu SD Harapan Lestari dan SD Kasih Bunda yang berlokasi di Jakarta Barat. Selain itu, AAS juga menjalin kerjasama dengan 6 sekolah baru yang tersebar di kawasan Jakarta dan 1 sekolah yang berada di Padang. Berikut rincian sekolah-sekolah yang masih diadopsi oleh AAS :

Adopted School
Location
Additional Information
SD Harapan Lestari
Rawa Buaya, Jakarta Barat
10 teachers
Adopted : July 2010 until now (Target : January 2012)
Active Learning Program
SD Kasih Bunda
Taman Kota, Jakarta Barat
8 teachers
Adopted : July 2010 until now (Target : January 2012)
Active Learning Program
SDN 03 Rawasari
Rawasari, Jakarta Timur
9 teachers
Adopted : July 2011 (Target : January 2013)
Active Learning Program
SD Smart Kids
Pulomas, Jakarta Timur
4 teachers
Adopted : July 2011 (Target : January 2013)
Active Learning Program
SD Capriasi Yoel
Cilincing, Jakarta Utara
8 teachers
Adopted : July 2011 (Target : January 2013)
Program Pemahaman Konsep
SD Harapan Bagi Bangsa
Tanah Merah, Jakarta Utara
12 teachers
Adopted : July 2011 (Target : January 2013)
Program Pemahaman Konsep
TK Harapan Bagi Bangsa
Tanah Merah, Jakarta Utara
4 teachers
Adopted : July 2011 (Target : January 2013)
Math and Language Readiness Program
TK Smart Kids
Pulomas, Jakarta Timur
6 teachers
Adopted : July 2011 (Target : January 2013)
Math and Language Readiness Program
SDN 06 Pasir Jambak
Padang, Sumatra Barat
12 teachers
Adopted January 2012 until now
Character Building Program

Thursday, July 21, 2011

Wajah Pendidikan Indonesia

Berikut adalah beberapa statistik mengenai pendidikan Indonesia saat ini :

  • Lebih dari 58% persen guru Indonesia belum menyelesaikan S1. (Kompas, 21 Oktober 2008).
  • Banyak sekolah yang terancam ditutup karena dianggap kurang berkualitas. (contoh di Jakarta ada 10 sekolah swasta terancam ditutup karena seluruh siswanya gagal UN)  (Kompas, April 2010).
  • Daya saing pendidikan Indonesia berada pada urutan 53 dari 55 negara yang disurvey. (survey World Competitiveness Year Book, tahun 2007)
  • Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia (Survey dari Political and Economic Risk Consultant (PERC) tahun 2006).
  • Kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh dibandingkan dengan negara tetangga Singapura (24), Malaysia (61),Thailand (76) dan Philipina (77) (program pembangunan PBB (UNDP), tahun 2000)
  • Kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. (hasil studi kemampuan membaca oleh International Educational Achievement (IEA))
Sungguh sangat amat disayangkan, negara dengan sumber daya alam yang sedemikian banyaknya, tidak mempunyai sumber daya manusia yang mampu mengolahnya dengan baik. 
Namun melihat progress dunia pendidikan yang sedemikian lambannya, rasanya wajar jika ingin menyerah. 

Tapi berjalan lamban, lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali. Ibarat bayi yang sedang dalam masa pertumbuhan, pendidikan di Indonesia sedang bertumbuh untuk menjadi lebih baik lagi. Namun dalam proses pertumbuh-kembangannya, perlu ada dukungan, perlu ada pengajaran, perlu ada petunjuk, perlu ada bantuan, yang nantinya akan mengarahkan ke pertumbuhan yang bagaimana yang akan dialami wajah pendidikan negeri ini.

Kita sebagai generasi penerus bangsa, punya 2 pilihan. Menyerah?? atau Berusaha lagi??

Kami memutuskan untuk bangkit dan berusaha lagi. Ini janji kami. Bagaimana dengan Anda??