Header

Wednesday, September 15, 2010

Masih Adakah Harapan untuk Pendidikan di Indonesia ?

Abigail Loretta, M.Psi
            Mendengar berita – berita tentang kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, rasanya akan membuat kita semua semakin ciut hati. Laporan UNDP terakhir tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2007 / 2008 seharusnya membuat kita termenung. Indonesia masih menduduki peringkat ke 107 dari 170 negara yang diukur tingkat pembangunan manusianya. Ini berarti kita masih di bawah Sri Lanka, Jamaica, dan Vietnam. Memang masih ada faktor–faktor lain yang berperan dalam menentukan tingkat kesejahteraan suatu bangsa, seperti faktor kesehatan, daya beli masyarakat, dsb. Namun, faktor pendidikan tetap saja menjadi indikator komposit yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Tidak hanya itu, berita tentang sekolah – sekolah di Indonesia yang kondisi bangunannya tidak layak, tentang guru – guru yang dipertanyakan kompetensinya, tentang persentase siswa yang tidak lulus UAN, semuanya membuat kita  ingin sekali melontarkan kritik pedas ke pemerintah sebagai pihak yang dianggap bertanggungjawab mengatasi semua ini.
            Namun, mari kita sadari bahwa menangani masalah pendidikan bukanlah masalah yang sederhana. Daripada menghabiskan energi untuk mengkritik pemerintah, mari kita juga bergerak untuk memberikan kontribusi terhadap pendidikan Indonesia. Saya percaya masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan, baik secara individu maupun bersama. Bisa dengan memberikan bantuan fisik / materi, fasilitas, jasa, bahkan semangat / dukungan utnuk setiap elemen pendidikan yang terlibat. Semuanya akan seperti “puzzle – puzzle” yang sedang disusun agar dapat membangun gambaran yang utuh tentang pendidikan yang kita idam – idamkan. Bahkan, kita bisa mengkaitkan profesi dan kompetensi yang kita punya untuk menyumbang suatu “puzzle” demi kemajuan pendidikan Indonesia. Misalnya seperti Andreas Hirata dengan “Laskar Pelangi” yang menggugah para pendidik dan pembelajar untuk bergerak maju, atau seperti Ciputra yang membangun Universitas Entrepreneurship, atau seperti Yayah Komariah yang berusaha mendidik anaknya sendiri melalui homeschooling, tetapi justru membawa inspirasi bagi orangtua – orangtua lain di Indonesia.
            Jadi,daripada mengkritik dan menciutkan hati sendiri maupun orang lain, mari kita mulai bergerak untuk memberikan kontribusi. Mulailah dari yang kita punya lebih dahulu. Jika Anda punya uang, Anda bisa mulai memberikan beasiswa. Jika Anda punya fasilitas, Anda bisa mulai memberikan fasilitas pendidikan ke sekolah / siswa / guru yang membutuhkan. Jika Anda punya kemampuan menulis, mulailah menulis artikel yang memberikan harapan, daripada yang mengkritik. Ataupun jika Anda hanya memiliki semangat, mulailah menularkan semangat tersebut ke orang–orang yang sedang berjuang di garis depan pendidikan. Dengan demikian, “puzzle–puzzle” harapan akan kemajuan pendidikan Indonesia akan semakin cepat selesai tersusun. Semoga melalui Newsletter Master’s Hand ini, memberikan inspirasi baru tentang bagaimana kita bisa memberi kontribusi untuk dunia pendidikan Indonesia. Salam ! 


Oleh : Abigail Loretta, M.Psi (Psikolog)
Project Leader of Adopt A School Program

No comments:

Post a Comment