Header

Wednesday, November 30, 2011

SD Capriasi Yoel (Periode Juli - Nov 2011)

Program yang sudah berjalan

No
Program
Peserta
1
Training Guru “Pemahaman Konsep Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA Yang Menyenangkan”
Guru SD Capriasi Yoel
Guru SD Harapan Bagi Bangsa
2
Implementasi Pemahaman Konsep Mat, Bahasa, dan IPA
Guru SD Capriasi Yoel 
(6 orang)
3
Coaching “Pembuatan Program Semester dan Program Tahunan”
 Kepsek dan Guru SD Capriasi Yoel (8 orang)
4
Teacher’s Meeting I 
(Evaluasi Periode I)
Kepsek dan Guru SD Capriasi Yoel
5
Training Guru “Pembuatan Rencana Pengajaran Pembelajaran (RPP)”
Guru SD Capriasi Yoel 
(8 orang)
6
Implementasi Pembuatan RPP 
(1 pelajaran tiap guru)
Guru SD Capriasi Yoel 
(8 orang)
7
Pra-UTS AAS (Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia)
Siswa kelas 1 – 6 SD
8
Teacher’s Meeting II (Evaluasi Periode II dan Analisis Hasil Pra-UTS Siswa)
Kepsek dan Guru SD Capriasi Yoel
9
Training Guru “Active Learning dan Classroom Management)
Guru SD Capriasi Yoel
Guru SD Harapan Bagi
10
Implementasi Active Learning dan Classroom Management 
(2 pelajaran tiap guru)
Guru SD Capriasi Yoel 
(8 orang)

SD Capriasi Yoel yang terletak di Cilincing adalah salah satu sekolah yang baru diadopsi oleh tim Adopt a School. Untuk periode awal ini, guru-guru diperlengkapi dengan training “Pemahaman Konsep Materi” untuk mengajar pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA dengan menarik. Selain itu ada juga sessi motivasi untuk kembali menyegarkan dan memotivasi guru untuk memberikan pengajaran yang terbaik bagi siswa-siswanya

Keceriaan guru-guru SD Capriasi Yoel dan Harapan Bagi Bangsa saat 
Training “Pemahaman Konsep Mat, Bahasa dan IPA


Guru antusias dalam diskusi dan interaksi dalam 
Training “Pemahaman Konsep Mat, Bahasa dan IPA

Selain Training, guru-guru juga diberi pelatihan tentang cara pembuatan Program Semester dan Program Tahunan, agar guru bisa mengestimasi dan menyesuaikan beban materi yang diajarkan dengan waktu penyampaian materi yang disesuaikan dengan kalender akademis sekolah tersebut.


Guru bersemangat mengikuti 
Coaching Pembuatan Program Semester dan Program Tahunan


Untuk memfollow-up training yang sudah berlangsung, guru-guru diminta untuk mengimplementasikannya di dalam kelas. Sebelumnya guru juga boleh berkonsultasi dengan tim Adopt a School dari Master’s Hand Foundation, untuk mempersiapkan pengajaran konsep yang tepat dan menarik bagi siswa.






Guru membantu siswa lebih memahami konsep “Bagian Tubuh Hewan” dengan alat peraga boneka hewan (IPA kelas 2)






Guru dan siswa memainkan drama singkat tentang materi “Kata Sapaan” (Bahasa Indonesia kelas 1)






Untuk mengetahui tingkat perkembangan dan keberhasilan program AAS bagi guru-guru SD Capriasi Yoel, maka siswa-siswanya juga harus mengerjakan Pra-UTS yang telah disediakan oleh tim AAS. Hal ini juga bertujuan untuk mempersiapkan siswa menghadapi UTS. 
Siswa mengerjakan soal Pra-UTS AAS

Tingkat keberhasilan siswa nantinya akan dianalis oleh tim AAS, dan guru yang berhasil menjalankan program dengan baik atau menunjukkan perkembangan yang signifikan akan mendapatkan reward dari Master’s Hand Foundation. Semuanya dibahas dalam Teacher’s Meering yang diadakan setelah 1 periode program selesai

Nah di bulan Oktober, SD Capriasi Yoel sudah memasuki periode ke-2 dari program Adopt a School. Di awal periode ini guru-guru akan diperlengkapi dalam Training Active Learning dan Classroom Management, agar potensi guru dapat lebih berkembang.


Kebersamaan guru-guru SD Capriasi Yoel dan guru-guru SD Harapan Bagi Bangsa dalam menyelesaikan tantangan games dari MC  (Training Guru “Active Learning” dan “Classroom Management”)

Guru mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan memperhatikan setiap materi yang trainer sampaikan (Training Guru “Active Learning” dan “Classroom Management”)




Sebagai follow-up dari training yang sudah berlangsung, guru-guru diminta untuk mengimplementasikannya di dalam kelas. Ternyata dengan teknik Active Learning siswa lebih bersemangat belajar dan guru-gurunya juga semakin kreatif.




Siswa satu per satu menempelkan rumah-rumahan untuk melengkapi denah, berdasarkan petunjuk yang guru berikan (Implementasi Active Learning Bahasa Indonesia kelas 4)







 Aktivitas siswa mencari sendiri rumus Keliling dan Luas Bangun Layang-Layang (Implementasi Active Learning Matematika kelas 5)





Demikian program Adopt a School periode Juli - November untuk SD Capriasi Yoel. Tetap semangat dan berkarya..

Thursday, November 24, 2011

SD Harapan Lestari (Periode Juli-Nov 2011)

Program yang sudah berjalan 

No
Program
Peserta

1
Training Guru “Inquiry Based Learning (IBL)”
Guru SD Harapan Lestari dan Guru SDK Kasih Bunda

2
Implementasi IBL dan Review PBL (Project Based Learning)
Guru SD Harapan Lestari (10 orang)

3
Training Siswa “Aku Suka Bertanya”
Siswa kelas 3 – 6 SD

4
Teacher’s Meeting
Kepsek dan Guru SD Harapan Lestari (11 orang)

5
Training Guru “Brain Based Learning (Mnemonics) dan Mind Mapping”
Guru SD Harapan Lestari dan Guru SDK Kasih Bunda

6
Implementasi Mind Mapping dan Review IBL
Guru SD Harapan Lestari (10 orang)

7
Training Siswa “Mind Mapping”
Siswa kelas 4 – 6 SD


Pada tahap awal periode pengadopsian, guru-guru akan terlebih dahulu diperlengkapi dengan training / pelatihan tentang teknik / metode mengajar yang akan diimplementasikan selama periode berikutnya (1 periode = 3 bulan). training yang diberikan terdiri dari beberapa sessi yang mencakup sessi motivasi dan sessi materi implementasi. Untuk SD Harapan Lestari yang sudah memasuki periode ke-5, guru-guru diperlengkapi dengan teknik mengajar Inquiry Based Learning (IBL). Diharapkan dengan adanya sessi motivasi, guru semakin termotivasi untuk melakukan dan memberikan pengajaran yang terbaik untuk siswa-siswanya.

 Sessi Motivasi pada Training Guru Inquiry Based Learning (IBL)


Setelah training, guru akan dibantu dalam menentukan ide IBL yang akan mereka implementasikan oleh tim konsultan dari Master's Hand Foundation. Setelah itu, guru diberikan kebebasan untuk menentukan jadwal pelaksanaan implementasi, disesuaikan dengan waktu yang guru perlukan untuk persiapan materi dan IBLnya. Berikut adalah beberapa dokumentasi implementasi IBL di SD Harapan Lestari :






Antusiasme siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Bu Hanna berikan 
(IBL Agama kelas 5)






 Project siswa membuat anggar-anggaran serta menerapkan nilai-nilai moralnya dalam permainan (PBL PLBJ kelas 3)






 Siswa mengobservasi jenis daun dan mendiskusikannya dalam kelompok 
(IBL IPA kelas 4)








Untuk periode ke-6 ini, guru-guru juga diberi training Mind Mapping dan diminta untuk mengimplementasikannya di kelas. Guru sangat antusias dan mengeluarkan semua kreativitasnya untuk memberikan yang terbaik di training ini






Guru-Guru diajak bermain terlebih dahulu agar lebih bersemangat mengikuti Training Mind Mapping










Dalam kelompok, guru saling bekerjasama untuk membuat mind map 
(Training Guru "Mind Mapping")


 

Setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil mind mapnya 
(Training Guru "Mind Mapping")







Tidak hanya guru, siswa pun diberikan training untuk memperlengkapi siswa agar dapat cepat beradaptasi dengan teknik mengajar yang guru implementasikan. Untuk periode ini, siswa-siswa SD Harapan Lestari diberikan training Mind Mapping. Siswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti training.

 Siswa bersemangat mengerjakan tantangan membuat Mind Mapping 
(Training Siswa “Mind Mapping”)


Dalam training, siswa ditantang untuk mempraktekkan secara langsung membuat Mind Map dari bahan yang telah disediakan oleh trainer. Selain itu siswa juga diminta untuk mempresentasikannya di depan teman-temannya. Siswa dari SD Harapan Lestari sudah mahir dalam presentasi, karena sudah pernah diberikan training juga sebelumnya
 Siswa mempresentasikan hasil Mind Mappingnya 
(Training Siswa “Mind Mapping”)
 
Berikut adalah kegiatan implementasi Mind Mapping di kelas, dimana guru harus bisa memotivasi siswa untuk membuat mind map dari materi yang dipelajari. Ternyata mind mapping dapat diaplikasikan di semua mata pelajaran, mulai dari Bahasa Inggris hingga PLBJ. 
  




Siswa bersemangat membuat Mind Mapping 
(Implementasi Mind Mapping Bahasa Inggris kelas 6)







 Hasil Mind Mapping siswa kelas 4 
(Implementasi Mind Mapping PLBJ kelas 4)
 






Demikian program Adopt a School periode Juli - November untuk SD Harapan Lestari. Tetap semangat dan berkarya..

- Henry Brooks Adams -

Rhee - Form by Michelle Rhee

Kutipan yang sangat bagus dari Henry Brooks Adams yang berkata “Teacher’s affect eternity; no one can tell where their influence stops“, yang artinya seorang guru mempunyai pengaruh yang sangat besar, terutama bagi murid-murid yang di ajarnya. Tidak ada yang tahu, kapan pengaruh guru tersebut akan berakhir. Karena layaknya semen yang basah di tangan tukang bangunan, begitulah anak-anak dalam didikan seorang guru. Mereka akan menjadi seperti apa yang gurunya ajarkan dan ketika semen itu mulai mengering, semen tersebut akan sulit untuk di ubah.


Seperti asal katanya, guru (bahasa sansekerta) adalah seseorang yang memberikan pedoman untuk orang banyak. Sehingga sangat penting untuk seorang guru dapat memaksimalkan dirinya sendiri terlebih dahulu sehingga ia dapat menciptakan generasi-generasi muda yang cemerlang.

Maka selayaknya, sebuah Negara lebih memperhatikan kualitas guru-gurunya. Karena seperti salah satu kutipan dari The Wold Bank yang mengatakan “When children learn, Nations prosper”. Untuk menciptakan suatu bangsa yang dapat berkembang, maka titik mulanya adalah dengan menciptakan anak-anak yang mau belajar. dan untuk mendapatkan pengajaran yang baik, maka perlu adanya peningkatan kualitas dalam tenaga pendidiknya, dalam hal ini guru.

Washington, D.C misalnya, yang merupakan ibukota dari Negara adi daya Amerika Serikat, ternyata juga bermasalah dalam kualitas pendidikannya, terutama di sekolah-sekolah umum. Tidak seperti yang kita bayangkan, ternyata siswa-siswa di sekolah umum di Washington, D.C mempunyai tingkat kemampuan matematika paling rendah dibandingkan negara-negara bagian Amerika lainnya (±8 %).

Adalah Michael Rhee, seorang wanita keturunan Korea Selatan yang pada tahun 2007, akhirnya ditunjuk oleh Gubernur Mayor Adrian Fenty sebagai konselor pendidikan sekolah-sekolah umum di Washington D.C. Michael Rhee sejak awal memang sudah punya ketertarikan dalam bidang pendidikan. Hatinya terpanggil setelah ia menonton tayangan PBS (Public Broadcast Service) tentang pendidikan dan akhirnya mendaftarkan diri sebagai salah satu volunteer bagi Teach For America dan dikirim untuk mengajar di lingkungan yang kurang berkembang di Baltimore-Maryland.

Selama tahun pertamanya, Rhee mengaku banyak mendapat kesulitan. Ia bahkan diminta untuk mencari pekerjaan lain oleh tim yang mensupervisi cara mengajarnya. Namun ia bertekad untuk tidak berhenti dan justru mengikuti kursus-kursus untuk membekali dirinya hingga akhirnya ia mendapat sertifikat mengajarnya. Pada tahun kedua mengajarnya, Rhee harus mengajar kelas yang persentase nilai rata-ratanya hanya 13 %, namun meningkat hingga 90 % pada tahun ketiga Rhee mengajarnya.

Pada tahun 1997, Rhee mendirikan yayasan New Teacher Project, yayasan non-profit yang melatih dan menghasilkan SDM-SDM yang siap untuk menjadi tenaga pengajar. Yayasan ini telah menyediakan guru-guru dengan kualitas terbaik untuk ditempatkan di New York, Philadelphia, Chicago, Miami dan masuk ke Washington D.C di awal tahun 2000.

Dan pada tahun 2007, Rhee akhirnya mau ditunjuk menjadi konselor bagi sekolah-sekolah umum di Washington, D.C, setelah gubernur D.C saat itu, Mayor Adrian Fenty berjanji bersedia mendukung semua program Rhee dan bersedia menerima konsekuensi kebijakan Rhee pada karir politiknya. Dalam kepemimpinannya, banyak kebijakan-kebijakan Rhee yang akhirnya menciptakan kontradiksi karena langkah-langkah perubahan yang diambilnya sangat radikal.  Pada tahun pertama kepemimpinannya, Rhee menutup 23 sekolah negeri, memecat 36 orang kepala sekolah dan kurang lebih 121 orang pegawai pemerintahan. Semuanya ia lakukan berdasarkan hasil dari test standarisasi pendidikan yang telah diuji sebelumnya.

Pada tahun 2008, Rhee menyatakan rencananya untuk memasukkan program early-chilhood, program minat dan bakat, program seni dan musik, serta pelayanan pendidikan khusus bagi sekolah-sekolah di distrik. Rhee juga berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan guru hingga gaji guru dapat mencapai $140,000 berdasarkan dari keberhasilan yang dicapai oleh siswa-siswa didikannya, namun usul ini ditolak oleh serikat pendidikan karena ada hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan ketenaga-kerjaan.

Pada tahun 2010, Rhee dan serikat pendidikan akhirnya sepakat untuk meningkatkan 20 % kesejahteraan guru dan bonus hingga $30,000 untuk guru-guru yang menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam hasil studi siswa-siswanya. Selama masa ini, Rhee memecat 241 guru karena performanya yang tidak sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan dan menetapkan 737 orang guru dengan kategori “dalam pengawasan”. Dibawah kepemimpinannya, terjadi peningkatan dalam persentase nilai siswa-siswa sekolah negeri di Washington D.C. Tingkat kelulusan sekolah menengahnya meningkat dari hanya 3 % hingga mencapai 72 % pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan kemampuan akademis siswa yang tadinya hanya 8 % meningkat menjadi 14 % untuk kemampuan matematika dan 17 % untuk kemampuan bahasa.

Selama masa kepemimpinannya, selain pujian, Rhee juga menuai banyak kritikan. Namun hal ini tidak membuatnya menyerah. Bahkan ketika akhirnya Mayor Adrian Fenty kalah dalam pemilihan gubernur periode berikutnya, yang berarti tamat pula karir Rhee sebagai konselor pendidikan sekolah-sekolah umum di Washington D.C, Rhee tetap melanjutkan perjuangannya dengan mendirikan Student First, suatu pergerakan yang mempunyai misi untuk membela anak-anak dalam pendidikan-pendidikan umum di Amerika dan untuk mereformasi dan mentransformasi sistem pendidikan di Amerika sehingga menjadi yang no 1 di dunia.

 Rhee juga tampil dalam acara-acara radio, televisi seperti Oprah’s Winfrey, muncul dalam cover majalah TIME dan menjadi headline di berbagai surat kabar di Amerika karena kegerakannya. Ia merilis film bertitle “Waiting for Superman” yang dengan jelas mendeskripsikan kondisi sekolah-sekolah umum di Amerika. 

Kami sangat tergugah akan semangat Michelle Rhee. Gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan yang ia lakukan sangat berani dan berdampak. Hal yang sama seharusnya juga bisa diupayakan di Negara kita, Indonesia. Mari berjuang bersama, agar kualitas-kualitas tenaga pendidik di Negara kita bisa lebih diperhatikan. Alih-alih mengalokasikan dana APBN hanya untuk mendirikan bangunan-bangunan operasional, akan lebih baik jika dana tersebut dialokasikan untuk meningkatkan dan memperlengkapi guru semaksimal mungkin, sehingga akhirnya terciptalah generasi-generasi penerus bangsa yang luar biasa.
Seperti kutipan The World Bank, “When Children Learn, Nations Prosper


Sumber :